Artikel-artikel populer :
Software yang Belajar Menerjemahkan dengan Membaca
(newscientist.com/wsn)
Software penerjemah yang memahami suatu bahasa dengan cara "mempelajari" ribuan dokumen yang sudah diterjemahkan, telah diperkenalkan para peneliti AS.
Sejauh ini, kebanyakan software penerjemah memanfaatkan aturan-aturan baku untuk menerjemahkan kata dan kalimat. Namun software yang dikembangkan Kevin Knight dan Daniel Marcu dari Information Sciences Institute, Universitas Southern California ini menggunakan pendekatan statistik untuk mengartikan kata, kalimat, dan struktur sintaksis.
Knight dan Marcu mendirikan perusahaan bernama Language Weaver di Los Angeles untuk menjual software dan tool penerjemah otomatisnya. Mereka menawarkan piranti lunak yang bisa menerjemahkan bahasa Arab, Cina, Prancis, dan Spanyol, dari atau ke bahasa Inggris.
Software penerjemah mereka bekerja berdasarkan kamus penerjemah, pola-pola, dan aturan-aturan terjemahan yang dikembangkan program tersebut. Software ini membandingkan berbagai kemungkinan terjemahan berdasar dokumen-dokumen yang pernah diterjemahkan sebelumnya, dan mengurutkannya berdasar besarnya kemungkinan.
Knight mengatakan pendekatan ini akan memungkinkan komputer mempunyai kemampuan penafsiran pribadi terhadap bahasa asing. Dengan kata lain ia akan menjadi tren baru dalam hal kecerdasan mesin. "Ini adalah proses yang menakjubkan, dan bakal menjadi teknologi baru di masa depan," katanya.
Adapun dokumen-dokumen yang dipakai untuk belajar menerjemahkan pada mesin bisa berupa dokumen elektronik, cetakan, bahkan file audio. Hasilnya, dikatakan Knight, sistem ini tidak hanya lebih cepat dibanding cara lain, tapi juga lebih mampu menangani istilah-istilah yang kurang populer dan kata-kata tak lazim dalam teks-teks khusus.
"
Rahasia mesin penerjemah ini adalah kekuatan komputer," ujar Knight. Namun menurutnya ini justru merupakan satu-satunya halangan untuk mengembangkan teknologi penerjemah yang lebih kuat dan efektif. "Kami butuh komputer yang besar dan sangat cepat untuk itu."
Sumber : Kompas, Rabu, 23 Februari 2005, 12:37 WIB